Dia teramat malang


Dia teramat malang
“Realita kehidupan”

Busss…  buss..  busss…
Ketika tiga perjaka ini lari dari pengawasan sekolah, seperti  biasa  anak sungai kayan selalu menjadi tempat mereka melepas penat. Mandi di anak sungai kayan, itu adalah suatu kegiatan menyenangkan buat tiga perjaka desa , Badarudin, cecep dan rendy.
“ boy kenapa kau lari tadi untung saja bajumu tidak robek” !
“ ah.. tak usah lah kau banyak perotes”
“kalian berdua  itu sama saja” ?!
“eh boy yang duluan lari itu siapa aku atau kau ?”
“ aku lari karena dorang yang duluan teriak bilang kita bolos, larilah aku !”
“ sudahlah males ribut sama kalian berdua!?”
Tak ada hari yang terlewatkan tanpa berlari sekencang-kencangnya karena dikejar-kejar oleh guru yang memergoki tiga pemuda ini sedang bolos di pinggiran jalan pangkalan ojek asik bermain domino, seharusnya jam pelajaran kini jadi pelajaran berhitung bulatan merah dan warna kuning yang berbentuk petak.
Rendy … ce-cep… lari ada pak tumanggor dan pak dullah mereka  melihat kita ! cepat sebelum terlambat, tak ada kata untuk tukang ojek yang bingung dengan tingkah anak muda yang hobbi berlari kencang, ini adalah salah satu kelihaian mereka berlari kencang dan mencari gara-gara.
Cep… tunggu… celanaku sobek, kakiku juga terluka tergores paku di pangkalan ojek tadi, aku binggung cep arah mana yang harus ku ikut kau atau rendy. “oh ya rendy mana?” rendy kearah yang berlawanan dengan kita cep. “yah sudah kita berdua pulang besok jangan turun sekolah mengerti ?” baikalah  ! aku kawatir dengan rendi cep, dia dimana sekarang ya?
Ampun pak… ampun saya tidak akan mengulanginya lagi ?!
“Kemana dua temanmu yang bodoh itu?”
“Tidak tahu pak ! saya berpencar arahnya.”
“kalian bertiga sudah merusak nama sekolah, sesuka hati  memakai seragam sekolah di pangkalan ojek main gaplek lagi. Mau jadi apa kalian? Tukang ojek hah…!  atau mau jadi berandalan? begitu, dasar anak tak tahu diuntung, kalian di didik disekolah ini agar menjadi orang besar bukan preman besar mengerti ?!”
“Ia pak…!”
“Ini ada surat untuk orang tua, tolong antarkan juga untuk kedua temanmu yang tak tahu diri itu?”
“Baik pak saya akan antarkan.”
“Pastikan suratnya sampai ketangan orang tua kalian? Kalau tidak kalian akan dikeluarkan dari sekolah.”
“Baik saya mengerti !”
                Tak adahal yang membuatku jera kecuali surat ini aku takut ayah kaget dan masuk rumah sakit lagi aku tak ingin hal itu terulang lagi, mungkin akanku bicarakan dengan ibu. Aku tak ingin ayah Kambuh lagi sakit jantungnya.
“Asalamualaikum… bu rendy pulang…!?”
“Ya… didapur ibu sudah siapkan makananmu”
“Bu ayah mana?”
“masih erja nak, ada apa?”
“Ini ada surat dari sekolah bu… ibu dipanggil kesekolah”
“kenapa nak, kamu bolos di pangkalan ojek itu lagi?”
“ia bu tapi jangan beritahu ayah ya?”
“kamu ini nak bikin susah orang tua saja, yah sudah suratnya taruh di tas ibu ?!”
Rendy sangat beruntung mempunyai seorang ibu yang sangat memanjakan anaknya, kesalahan apapun yang rendy lakukan selalu saja ibunya membereskan segalanya, tanpa sepengetahuan ayahnya.

1 Response
  1. ini cerita nyata masa lampau ku. ^_^